-->

Pages - Menu

Rabu, 03 September 2014

Cukup

(Belum dituangkan)

Cocokan

Berharap mati ditanah lapang, ketika menikmati dentuman semangat kebersamaan di alam nusantara, atau di belaha bumi lainnya.

Menikmati angin sepoy-sepoy yang berhembus dari laut selatan gili, atau menikmati dinginnya cuaca pegunungan rinjani.

Menyatu dengan tanah, tidak peduli dimana, 

Bersandar di phon, tidak peduli serangga yang hinggap.

Saat itu waktu hanya sebatas angka, kumuh lesuh sebagai simbol. Tidak ada mesin team card yang bertanda kedisiplinan akan kertas-kertas yang berbaris rapih di dompet.

Bebas..
Berdiri di samping kiri, kanan, atas, bawah material dan ekomonsis.

Atau sedang menyuarakan aspirasi, menentang kemunafikan.
Menghapus tinta yang sudah kering..

Saat itu orang-orang mengelilingiku, memberikan diesible akan sebuah harapan.
Menajamkan pedang yang akan menyayat hati..

Bukan mati di sudut rumah, dipojokan bersama segerombolan semut.
Mengelan napas di udara yang pengap.

Bukan pula di atas kasur, berselimut dan dikelilingi rasa iba.
Menatap langit-langit, bukan langit..

Merindukan awan, merindukan hujan, merindukan semak belukar, merindukan hantaman ombak, merindukan cemooh hinaan, merindukan sayatan pedang atau lemparan batu..

Kersanya hidup membuat semuanya berarti..
Sangat berarti..


lagi-lagi berhayal...